Salam jumpa kembali dengan Rian.
Kali ini Rian akan kembali menceritakan kisah indah Rian dengan
tetangga sebelah rumah kontrakan Rian, sebut saja dia Pak Nurdin, dia
adalah seorang Bapak muda dengan satu orang putra yang masih berusia
sekitar 1 tahun, usia Pak Nurdin saat ini sekitar 32 tahun. Pada
usianya yang demikian itu Pak Nurdin benar-benar kelihatan sangat gagah
dan tampan, mukanya yang putih bersih menarik perhatianku sejak pertama
kali aku tinggal disitu, maklum Pak Nurdin masih ada darah cinanya.
Kejadian ini berawal ketika pada suatu malam tepatnya tanggal 30
Juli 2003 tadi, waktu itu aku terbangun karena kaget mendengar ada
suara pertengkaran yang terjadi dalam keluarga Pak Nurdin tetangga
samping rumah, entah apa masalahnya, padahal waktu itu kulihat jam
sudah menunjukan pukul 23:15, namun aku tidak ambil peduli walaupun
sebenarnya aku merasa terganggu dengan suara gaduh dari rumah Pak
Nurdin, akhirnya aku coba untuk tidur kembali, setelah beberapa saat
aku mendengar ada suara orang yang mengetuk pintu rumahku, aku agak
heran karena tidak biasanya jam segini ada orang yang datang kerumah,
karena dirumah itu aku hanya sendirian akhirnya aku bangun dan melihat
dari balik kaca untuk memastikan siapa yang datang, begitu aku lihat
ternyata yang mengetuk pintu rumahku adalah Pak Nurdin, kemudian aku
membuka pintu dan mempersilahkan masuk sambil bertanya ada apa koq
malem-malem gini datang kerumah, aku pura-pura tidak tahu kalau mereka
sedang bertengkar.
Setelah sampai didalam Pak Nurdin bilang kalau dia ingin numpang
tidur dirumahku karena dia lagi ada masalah dengan istrinya, tanpa
menjawab permintaan Pak Nurdin tadi aku pergi kebelakang untuk
mengambilkan air putih dan kuberikan ke Pak Nurdin supaya keadaannya
agak tenang, setelah meminum air yang kuberikan tadi kulihat Pak Nurdin
mulai dapat tenang, lalu Pak Nurdin kembali bertanya padaku.
"Dik Rian, bolehkah malam ini Bapak nginap disini? Karena Bapak lagi ada masalah sama istri Bapak".
Wah pucuk dicinta ulampun tiba ucapku dalam hati.
"Silahkan Pak, kalau Pak Nurdin mau nginap disini, tapi disini
hanya ada satu kamar, maklum saya disini sendirian jadi sama orang tua
saya dikontrakan rumah yang tidak terlalu besar, jadi terpaksa satu
kamar untuk berdua Pak?"
"Oh nggak apa-apa, yang penting saya bisa tidur tenang disini, dari pada dirumah bisa-bisa malah ribut lagi".
Lalu aku coba bertanya penyebab timbulnya pertengkaran tersebut,
sejenak Pak Nurdin terdiam dan memandangiku, aku jadi salah tingkah dan
merasa tidak enak dengan Pak Nurdin, buru-buru aku minta maaf kalau
pertanyaanku tadi menyinggung Pak Nurdin, namun Pak Nurdin tersenyum
dan bilang tidak apa-apa, aduh, senyumnya benar-benar menawan, kemudian
Pak Nurdin mulai bercerita kepadaku soal penyebab pertengkarannya, dari
cerita Pak Nurdin tersebut baru aku tahu bahwa masalah sex yang memicu
pertengkaran mereka, saking asyiknya mendengarkan cerita Pak Nurdin tak
terasa jam sudah menunjukan pukul 00:45. Lalu aku mengajak Pak Nurdin
untuk beristirahat, kamipun beristirahat bersama dalam satu bed, karena
bed yang aku miliki berukuran single maka jarak kamipun begitu rapat,
dapat kurasakan betapa hangatnya saat kulit tanganku bersentuhan dengan
kulit tangan-nya yang berbulu itu, hatiku berdebar-debar tak karuan,
sosok pria gagah yang selama ini kukagumi kini tidur disampingku, aku
benar-benar kelabakan karena nafsuku mulai timbul, aku sendiri heran
sejak pengalamanku dengan pamanku dan Mas Heru aku jadi ingin
melakukannya dengan Pak Nurdin yang diam-diam sudah lama menarik
perhatianku, lalu perlahan aku putar akal untuk dapat memeluk tubuh Pak
Nurdin yang telah membuatku On.
"Pak?"
"Iya, ada apa Rian?"
"Boleh nggak Rian tidur sambil meluk Bapak, karena Rian nggak biasa kalau tidur nggak meluk sesuatu?"
"Lho biasanya gimana?"
"Biasanya Rian peluk guling, cuman tadi siang guling Rian robek dan
Rian belum sempat beli, makanya Rian sampai sekarang belum bisa tidur".
"Gimana ya Rian, Bapak nggak tau harus jawab apa".
"Boleh ya Pak?"
Sejenak Pak Nurdin terdiam, aku tahu dia sedang bingung untuk menjawab keinginanku.
"Pak Nurdin? Kalau Bapak keberatan nggak apa-apa koq, Rian akan
coba tidur walaupun mungkin Rian nggak bisa", aku berpura-pura mengalah
kepada Pak Nurdin.
"Maaf bukan begitu maksud Bapak, Bapak nggak keberatan kalau itu memang bisa membuat Rian tidur".
"Benar Pak? Bapak nggak terpaksa?"
"Tidak Rian, silahkan, Bapak nggak apa-apa".
Mendapat ijin seperti itu aku tidak buang waktu lagi, kupeluk tubuh
kekar Pak Nurdin yang selama ini hanya dapat kubayangkan, sebelah
kakiku kutindihkan diatas kaki Pak Nurdin sehingga aku dapat merasakan
kakiku menindih benda kenyal lunak yang berada diselangkangan Pak
Nurdin, kulihat Pak Nurdin agak sedikit gugup saat merasakan benda
miliknya tertindih kakiku, lalu perlahan kuusap dada Pak Nurdin dan
jariku bergerak membuka kancing kemeja Pak Nurdin, baru dua kancing
baju atas yang terbuka Pak Nurdin menghentikan kegiatanku, dan
bertanya,
"Rian kamu mau apa? Kangan macam-macam kepada Bapak lho kamu"?
Aku yang sudah dirasuki nafsu menjawab dengan jujur pertanyaan Pak Nurdin,
"Pak, saya ingin membantu Bapak?"
"Membantu? Membantu apa Rian?"
"Rian tahu Bapak tidak mendapat kepuasan dari istri Bapak bukan?"
Mendengar itu Pak Nurdin hanya terdiam dan posisi kami masih
seperti semula, melihat hal seperti itu kemudian perlahan kususupkan
tanganku kedalam kemeja Pak Nurdin yang telah berhasil kubukan dua
kancing atasnya sambil kakiku yang menindih kontolnya mulai kugesekan
perlahan, kuusap-usap dadanya dan Pak Nurdin masih terdiam tak tahu
mesti bagaimana, lama aku mengusap dada Pak Nurdin dan sesekali memilin
puting susunya, kulihat Pak Nurdin memejamkan matanya sambil sedikit
mengigit bibir bawahnya. Aku tahu kalau saat itu Pak Nurdin mulai
terangsang dengan apa yang kulakukan, itu dapat kurasakan dari
kontolnya yang tertindih kakiku mulai ngaceng, Asyik, akhirnya
kudapatkan juga dirimu Pak Nurdin, bisiku dalam hati.
Melihat Pak Nurdin hanya diam keperlakukan begitu aku mulai
melanjutkan aksiku, kubuka semua kancing kemeja yang dikenakan Pak
Nurdin hingga terlepas, lalu perlahan kutindih tubuh Pak Nurdin yang
kelihatannya sudah mulai pasrah, kugesekan tubuhku diatas tubuh Pak
Nurdin sambil tanganku mencari-cari penis Pak Nurdin,
"Rian, teruskan Rian, puaskan Bapak Rian?"
begitulah kata-kata yang keluar dari mulut Pak Nurdin yang
benar-benar sudah terangsang, kini aku sudah menemukan penis Pak Nurdin
yang sudah tegak dalam bungkus celana kain tipisnya itu. Aku sudah
ingin sekali memanjakan kontol Pak Nurdin dengan isapanku, kususupkan
tanganku kedalam celana Pak Nurdin dan aku menemukan benda tegak milik
Pak Nurdin yang sudah siap tempur, begitu tanganku mengusap ujung
kontol itu terdengar leguhan nikmat Pak Nurdin yang semakin mebuatku
bernafsu untuk menyetubuhinya, mulutku tak henti-hentinya menyapu
permukaan tubuh Pak Nurdin yang pasrah malam itu.
Kemudian kubuka ikat pinggang serta resleting Pak Nurdin, begitu
terbuka aku dapat melihat celana dalam putih yang dipakai Pak Nurdin
sudah basah oleh prescumnya, lalu segera saja kulolosi saja seluruh
pakaian Pak Nurdin hingga dia kini telanjang bulat terlentang
dihadapanku, begitu juga dengan aku segera kubuka semua pakaianku.
"Pak Nurdin?"
"Iya Rian?"
"Bapak menyukai ini Pak?"
"Iyaa Rian, Bapak suka, tolong buat Bapak puas Rian?"
Kemudian ku cium bibir Pak Rian yang ternyata sangat manis,
kuraba-raba sekaligus kuremas dadanya dan kuhisap puting susunya serta
kujilati tubuh Pak Nurdin dari atas hingga bawah, dan aku berhenti pada
daerah terlarangnya, kuusap rambut kemaluan Pak Nurdin dan kuhisap
kontolnya, hingga Pak Nurdin menggeliat dan melenguh menahan rasa geli
dan nikmat atas perlakuaanku, tangannya mengusap rambutku yang sedang
asyik bermain dengan kontol miliknya.
setelah puas bermain kontol Pak Nurdin aku minta Pak Nurdin
melakukan hal yang sama padaku, pertama dia menolak karena belum pernah
melakukan hal seperti ini, setelah aku bujuk akhirnya Pak Nurdin
bersedia melakukan oral padaku, aku benar-benar dibuat blingsatan saat
mulut Pak Nurdin mulai mengisap kontolku, kuremas dada Pak Nurdin yang
sedang menghisap milikku.
"Pak Nurdin, oh Bapak, terus Pak, Rian suka itu Bapak", sambil begitu tanganku terus meremas dada serta kontol Pak Nurdin.
Akhirnya aku minta Pak Nurdin untuk berbaring, lalu kuangkat kedua
kaki Pak Nurdin dan kucoba memasukan penisku kedalam lubang Pak Nurdin,
Pak Nurdin kaget berontak saat tahu kalau aku mau memasuki lubang
miliknya, setelah agak lama aku merangsangnya akhirnya Pak Nurdin
nyerah dan membiarkan sejataku menembus lubang miliknya, kegenjot tubuh
tetanggaku itu, kulihat Pak Nurdin meringis sambil mendesah nikmat,
semakin lama gerakanku semakin kupercepat karena aku merasakan sudah
hampir tiba klimaks, akhirnya aku tak dapat menahan semuanya, Air
maniku muncrat diatas tubuh Pak Nurdin, kini giliranku untuk membuatnya
puas, kemudian kuraih kontolnya dan kukocok berkali-kali Pak Nurdin
mendesah sambil tangannya meremas-remas dadanya sendiri, tak berapa
lama dari kontolnya muncrat air mani putih dan kental, air mani Pak
Nurdin cukup banyak hingga tubuhnya berlumuran air mani, kemudian
kamipun rebahan untuk istirahat sambil tanganku terus memainkan kontol
Pak Nurdin yang sudah mulai melemas.
"Rian terima kasih, kamu telah memuaskan Bapak".
"Rian juga minta maaf telah menyeret Bapak sehingga Bapak melakukan hal ini dengan Rian".
"Nggak apa-apa Rian, Bapak juga menikmatinya".
Kuusap perut dan dada Pak Nurdin yang dilumuri oleh air maniku dan
air maninya sendiri, tercium olehku bau khas dari air kenikmatan itu.
"Rian".
"Iya Pak?"
"Bisakah lain kali Rian melakukan hal ini kepada Bapak lagi, sebab
Bapak menikmati merasa puas atas semua yang Rian lakukan terhadap Bapak
tadi".
"Tentu saja Pak, Rian siap melayani Bapak".
Akhirnya kami tidur sambil berpelukan dan paginya kami bersikap
seolah tidak pernah terjadi apapun malam tadi, aku bersiap untuk pergi
kesekolah dan Pak Nurdin bersiap untuk pergi kerja, kami memang mandi
bersama tapi saat itu karena waktu yang tidak memungkinkan kami tidak
melakukan hal itu dikamar mandi, hanya sesekali saja aku iseng membelai
tubuh dan menghisap kontol Pak Nurdin yang basah itu, dan Pak
Nurdin-pun hanya tersenyum kuperlakukan seperti itu.
begitulah awal dari skandalku dengan Pak Nurdin tetanggaku, hingga
kini kami sering melakukan hal itu, karena rumah kami yang cukup dekat
maka kami bisa mengatur kapan kami bisa untuk saling mepelaskan nafsu
kami berdua.
Pak Nurdinku sayang, kau yang selama ini hanya bisa kubayangkan
kini kau sudah menjadi milik-ku. Salam sayang buat Pak Nurdin, dari
aku, Rian.
E N D
Artikelnya menarik dan menambah ilmu pengetahuan
BalasHapusCerita Dewasa
Mampir Ya Ke Blog Tante